komitmen pimpinan puncak
kegagalan program budaya kerja sebagian besar di sebabkan oleh kurangnya komitmen dari puncak pimpinan, walaupun kita tidak begitu saja membebankan semua kesalahan pada pimpinan, karena setiap pemimpin di setiap level akan mempunyai kekuasaan untuk mengendalikan suatu proses kerja. dalam hal ini tentunya pemimpin bertugas untuk memberikan bimbingan dan arahan serta mempunyai kewajiban untuk memberikan komitmen termasuk menanggung risiko dan kepercayaan.
komitmen dalam hal ini dapat di artikandengan memberikan latihan, alat-alat, sumber daya, kekuasaan, tanggung jawab, kebebasan, dan dorongan. komitmen juga berarti bertanya, mendengarkan, melakukan di samping memutuskan, memberitahukan, dan mengarahkan.
komunikasi
dalam melaksanakan program budaya kerja, keterampilan berkomunikasi merupakan faktor penting dalam upaya menciptakan dalam lingkungan yang kondusif agar nilai-nilai luhur dapat teraktualisasi dalam sikap dan perilaku organisasi. keberhasilan program tersebut berdasar pada tingkat kepercayaan dalam interaksi individu yang terkait. kondisi semacam itu harus semakin dapat terwujud agar tingkat sinergi bisa dicapai, sehingga hasil (output) program menjadi semakin berkualitas.
sifat budaya kerja adalah kemanpuan dalam menglola proses perubahan, karena berdasar pada nilai-nilai kebersamaan/integritas, sehingga sedikit demi sedikit sikap perilaku yang negatif akan terkikis dan munculnya nilai-nilai baru yang lebih baik untuk mendorong manajemen menjadi lebih optimal. peran komunikasi dalam pembentukan budaya kerja adalah sebagai upuya untuuk membuka benteng-benteng birokrasi yang selama ini membuat sumber daya manusia menjadi terkontak-kontak, sehingga komunikasi menjadi terlambat, dan berarti penyebaran informasi tidak akan mencapai sasaran dan menimbulkan kesulitan dalam upaya partisipasi pengambilan keputusan.
dengan komunikasi yang terbuka, maka jalan menuju kerjasama dan koordinasi dalam manajemen akan menjadi lebih mudah, karena setiap orang tidak lagi mementingkan dirinya sendiri, melainkan akan meningkatkan rasa saling tergantung yang berarti juga akan meningkatkan kepercayaan antara yang satu dengan yang lainnya.
motivasi
motivasi merupakan salah satu komponen penting dalam meraih keberhasilan suatu proses kerja, karena memuat unsur pendorong bagi seseorang untuk melekukan pekerjaan sendiri maupun berkelompok. suatu dorongan dapat berasal dari dalam dirinya sendiri, yang berupa kesadaran diri untuk bekrja lebih baik atau memberikan yang terbaik bagi kelompok dengan berbagai macam alasan. selain itu juga diperlukan suatu dorongan dari luar dalam proses motivasi bagi seseorang. dalam memberikan motivasi, atasan sebaiknya tidak hanya sekedar mendorong sebisanya, akan petapi mereka harus mempergunakan strategi agar apa yang dilakukan itu dapat menghasilkan yang lebih baik secara optimal. beberapa faktor yang diperlukan dalam strategi ini, antara lain adalah seperti tujuan, cara kerja, teknologi, masyarakat dan pelanggan, budaya, sumber daya manusia, dan juga sumber daya yang lainnya.
dengan mengenal faktor-faktor tersebut akan dapat disusun suatu langkah bagaimana membuka peluang keberhasilan melalui pintu internal untuk mengubah sikap dan perilaku baru yang kondusif terhadap tantangan yang dihadapinya. berkaitan dengan motivasi seseorang, terdapat beberapa ahli yang meneliti mengenai sikap dan perilaku yang diantaranya adalah:
- douglas mc gregor, memberikan teori x yang dianggap pekerja itu malas, dan teori y yang memandang bahwa setiap bahwa setiap orang itu baik dan rajin bekerja.
- abraham maslow memandangnya dari segi urutan prioritas kebutuhan di mana dimulai dengan kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosialisasi, harga diri, dan aktualisasi diri secara piramidal.
motivasi kerja yang digerakan pimpinan akan memberi bentuk dalam gaya manajemen. bentuk dan gaya manajemen yang bisa dilakukan sesuai dengan kondisi lingkungan kerja dan tantangan yang dihadapi serta alat yang dimilikinya.
lingkungan kerja
agar terciopta budaya kerja yang baik,tentunya diperlukan persiapan yang berupa penciptaan lingkungan kerja dengan paradigma yang disepakati nutuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang lebih efektif dan efisien. berkaitan dengan lingkungan kerja, isaken, sg dorval k.b. & treffinger, dj mengatakan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif meliputi beberapa dimensi seperti:
1. tantangan, keterlibatan, dan kesungguhan;
2. kebebasan mengambil keputusan;
3. waktu yang tersedia untuk memikirkan ide-ide baru;
4. memberi peluang untuk mencoba ide-ide baru;
5. tinggi rendahnya tingkat konflik;
6. keterlibatan dalam tukar pendapat;
7. kesempatan humor, bercanda , dan bersantai;
8. tingkat saling kepercayaan dan keterbukaan;
9. keberanian menanggung risiko/boleh gagal.
dengan dimensi lingkungan kerja seperti tersebut diatas, memberikan peluang bagi semua unsur manajemen ataupun administrasi untuk dapat berfungsi seperti apa yang diharapkan, dan nilai-nilai budaya akan dapat teraktualisasikan dengan cara bekerja berkelompok.
perubahan
pada dasarnnya setiap orang itu mampu berubah. perubahan merupakan hal yang sangat penting dalam melaksanakan budaya kerja, sehingga masalah budaya kerja akan terletak pada diri kita masing-masing dan demikian pula sebaliknya, musuh budaya kerjapun adalah diri kita sendiri. oleh karena itu kita harus memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan perubahan berdasar pada empat potensi kemampuan umat manusia yang di ungkapkan oleh stephen covey dalam bukunya first things first.
pertama, merupakan kesadaran diri, yang membuat kita akan mampu mengambil jarak terhadap diri sendiri dan menelaah pemikiran kita, sejarah kita, naskah hidup kita, tindakan kita, maupun kebiasaan dan kecenderungan kita. hal ini akan memungkinkan kita menjadi sadar akan nilai-nilai sosial psikis dari program-program yang ada dalam diri kita untuk mencari peluang antara rangsangan dan tanggapan.
kedua, hati nurani mampu menghubungkan kita dengan perkembangan zaman dan bisikan hati. hal itu merupakan alat pemberi arah dalam hati kita, yang memungkinkan untuk memahami ketika bertindak atau merenungkan sesuatu yang tidak sejalan dengan prinsip. disamping itu juga hati nurani memberi kita pemahaman akan bakat-bakat khusus danmisi kita.
ketiga, kehendak bebas memberikan kemampuan pada kita untuk bertindak, memberikan kekuatan untuk mengatasi paradigma-paradigma kita, untuk berenang melawan arus, untuk menulis kembali sejarah hidup kita, untuk bertindak atas dasar prinsip dan bukannya reaksi atas dasar emosi dan lingkungan sekitar kita. kita memiliki kekuatan untuk bertindak berdasarkan kesadaran diri, hati nurani, dan visi.
keempat, imajinasi kreatif memberikan kemampuan untuk meneropong keadaan dimasa yang akan datang, untuk menciptakan sesuatu di benak kita, dan memecahkan persoalaan kita secara sinergik. dengan imajinasi kreatif tersebut, kita mampu menyatakan misi pribadi, menetapkan tujuan, atau merencanakan suatu pertemuan, bahkan untuk menerapkan prinsip-prinsip dalam berbagai situasi baru secara efektif.
empat kemampuan manusia tersebut kalau tidak dibina dan dilatih tidak akan muncul, potensi tersebut tidur terus, dan akan terbangun bilamana kondisi lingkungan telah memungkinkan. pada tingkat diri pribadi mungkin lebih mudah munculnya potensi tadi menjadi perilaku nyata, akan tetapi pada tingkat berkelompok akan lebih sulit aktualisasi potensi tadi. perlu kondisi tertentu agar potensi itu bisa menjadi kenyataan perilaku antara lain:
- pembentukan karakter yang memuat kekuatan integritas, sifat kedewasaan, dan kepedulian sosial;
- pemberian keterampilan yang mencakup komunikasi, perencanaan / pengorganisasian, dan perilaku sinergistik;
- penanaman tingkat kepercayaan yang baik untuk mencapai tujuan dan sasaran kelompok atau organisasi;
- mawas diri kesadaran mengukur kemampuan diri, belajar, dan sadar untuk bisa memberikan yang lebih baik;
- tanggung jawab kelompok dimana masing-masing individu menempatkan diri dalam fungsi atau peran dan tanggung jawab kelompok, sehingga memungkinkan semua fungsi manajemen dapat berjalan;
- penciptaan struktur dan sistem yang kondusif, agar faktor pertama sampai dengan kelima akan dapat berjalan dengan mulus sehingga perlu diformalkan, yakni berupa pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab dengan pedoman pelaksanaan.
salah satu aspek kekuatan sumber daya manusia dapat tercermin pada sikap dan perilaku disiplin, karena disiplin dapat mempunyai dampak yang kuat terhadap suatu organisasi untuk mencapai keberhasilan dalam mengejar tujuan yang direncanakan. sun tsu mengatakan bahwa segala macam kebijaksanaan itu tidak akan mempunyai arti kalau tidak didukung oleh disiplin oleh para pelaksananya. disiplin dimulai dari diri pribadi, yang antarta lain harus jujur pada dirinya sendiri, tidak boleh menunda-nunda tugas dan kewajibannya, dan memberikan yang terbaik bagi organisasinya.
keith daviz & john w, newstorn dalam human behavior at work, menyatakan bahwa disipllin mempunyai tiga macam sifat, yaitu:
- disiplin preventif adalah tindakan sumber daya manusia agar terdorong untuk mennaati standar dan peraturan, tujuan pokoknya adalah mendorong sumber daya manusia agar memiliki disiplin pribadi yang tinggi, agar peran kepemimpinan tidak terlalu berat engan pengawasan/pemaksaan, yang dapat mematikan prakarsa dan kreativitas serta partisipasi sumber daya manusia, oleh karena itu pimpinan harus mampu menciptakan iklim kerja agar disiplin kerja dapat ditumbuhkan, antara lain dengan memberikan informasi kepada segenap karyawan mengenai standar dan peraturan yang harus ditegakkan. dengan pengetahuan tersebut diharapkan semua karyawan akan berusaha melaksanakan dengan benar dan mampu menghindari atau mencegah penyimpangan-penyimpangan.
- disiplin korektif adalah tindakan yang dilakukan setelah terjadi pelanggaran standar atau peraturan, tindakan tersebut dimaksud untuk mencegah timbulnya pelanggaran lebih lanjut. tindakan itu biasanya berupa hukuman tertentu yang biasa tindakan disipliner, yang antara lain berupa peingatan, skors, pemecatan. tindakan disipliner tersebut bersifat mendidik agar memperbaiki perilaku, mencegah orang lain melakukan yang serupa, mempertahankan standar yang konsesten dan efektif.
- disiplin progresif adalah tindakan disipliner berulang kali yang berupa hukuman yang makin berat, dengan maksud agar pihak pelanggar bisa memperbaiki diri sebelum hukuman berat dijatuhkan.
a) mengenal diri sendiri;
b) mendisiplinkan diri;
c) memimpin dengan keteladanan;
d) menanamankan semangat kemandirian;
e) hindari sikap dan perilaku negatif;
f) anggap disiplin sebagi cermin indah.
postingan terkait : budaya kerja organisasi pemerintahan (1)