secara sederhana, burt nanus mengartikan visi sebagai gambaran masa depan suatu organisasiyang realistik, kredibel, dan aktraktif. visi organisasi merupakaan visi bersama (share vision) yang berasal dari perpaduan visi-visi pribadi anggota organisasi, atau setidak-tidaknya merupakan visi yang disepakati oleh seluruh jajaran organisasi. sedangkan misi merupakan suatu pengaturan komprehensif dan singkat mengenai tujuan suatu organisasi, program, ataupun subprogram.
misi merupakan suatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah, sesuai dengan yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. dengan pernyataan tersebut diharapkan seluruh pegawai dari pihak yang berkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah, dan mengetahui peran dan program-programnya serta hasil yang akan diperoleh diwaktu yang akan datang.
membahas mengenai budaya kerja organisasi pemerintah, tentunya akan selalu terkait erat dengan kode etik pegawai negeri sipil. kode etik pegawai negeri sipil adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan pegawai negeri sipil di dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan sehari-hari.
pegawai negeri sipil dalam bersikap, bertingkah laku, dan melakukan perbuatannya diharapkan selalu mengacu pada kode etik pegawai negeri sipil, karena kode etik tersebut mengarahkan kepada implementasi nilai-nilai etika yang baik yang mendoronag kelancaran dalam pencapaian tujuan pemerintah. agar etika bisa terwujud dengan baik, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya.
franz magnis-suseno sj menyatakan bahwa ada empat unsur utama yang mempengaruhi keberhasilan perwujudan etika dalam organisasi pemerintah, yaitu: (1) adanya etos kerja yang kuat, (2) yang ditunjang oleh moralitas pribadi pegawai/karyawan bersangkutan, (3) yang diarahakan oleh kepemimpinan yang bermutu, dan (4) didukung oleh syarat-syarat sistemik.
dalam melaksanakan budaya kerja dalam manajemen modern diperlukan banyak kreativitas dan kombinasi baik ilmu pengetahuan maupun teknologi. hal yang paling mendasar adalah pengusaan atas nilai-nilai yang patut diangkat dalam administrasi/manajemen dalam rangka menghadapi berbagai macam tantangan yang sedang berjalan maupun yang akan datang.
bagaimana cara memasukkan gagasan budaya kerja ke dalam manajemen merupakan suatu tantangan yang cukup serius untuk ditelaah secara mendalam, karena menyangkut berbagai hal yang perlu diketahui oleh semua sumber daya manusia yang terlibat dalam program seperti visi, misi, strategi, nilai-nilai, asas-asas, pedoman, alasan yang kuat, maksud dan tujuan, falsafah, kepercayaan, dan pernyataan aspirasi. untuk itu perlu ungkapan dan ucapan para pemimpin yang konsisten dan konsekuen agar mampu menimbulkan kepercayaan bagi semua karyawan yang mampu mendorong komitmen. oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- alasan yang kuat terhadap program budaya kerja, sehingga merupakan kekuatan pendorong agar program dapat dilaksanakan dengan baik dan mendapat dukungan dari semua pihak. diperlukan dialog dengan pihak-pihak yang berkepentingan untuk menganalisis tantangan manajemen baik eksternal maupun internal, dan membiarkan munculnya kritik dan saran yang membangun.
- visi, menggambarkan maksud dan tujuan organisasi yang seharusnya dilakukan dan menjadi kerangka kerja dalam pengambilan keputusan yang memberikan arah pada proses kerja. hal ini penting, karena biasanya orang lupa visi bilamana telah sibuk kerja, sehingga tujuan memuaskan masyarakat yang dilayani akan tertinggalkan.
- tujuan yang akan dicapai, harus bisa diukur melalui target organisasi, bisa juga dengan menerangkan mengapa anda bekerja disini.
- strategi untuk mencapai tujuan, bagaimana mencapai tujuan organisasi.
cara kerja tradisional yang selama ini mewarnai kehidupan manajemen baik dipemerintah maupun di masyarakat, dirasakan sudah tidak sesuai dengan perkembangan dimasa sekarang ini. untuk kedepan diperlukan paradigma baru seperti dalam menentukan tujuan itu harus fleksibel, komunikasi harus terbuka, kebijaksanaan harus rasional dan bersifat partisipatif. tuntutan masa depan diantaranya adalah berorientasi pada demokrasi dan hak asasi manusia serta prestasi, menghormati hukum, tidak cepat puas, dan solidaritas yang tinggi.
guna mengatasi tantangan globalisasi diperlukan perubahan cara kerja baru yang lebih efektif dan efisien, lebih demokratis dan terbuka, lebih rasional dan fleksibel, dan lebih bersifat terdesentralisasi. bilamana perubahan manajemen dapat dikelola dengan baik, maka akan dipetik keuntungan berupa tumbuhnya banyak prakarsa, aneka ragam kreativitas, dan dorongan partisipasi yang makin besar. pertumbuhan semacam itu akan mendorong terwujudnya kemandirian yang harus menjadi ciri utama pembangunan dalam rangka menghadapi kehidupan dimasa depan.
untuk itu manajemen harus berorientasi pada tujuan agar lebih efektif dan efisien, dengan cara sebagaimana berikut:
- merumuskan tujuan dan sasaran organisasi secara jelas dan rinci;
- tujuan dan sasaran tersebut dijabarkan dalam kebijaksanaan dan strategi yang operasional;
- dilaksanakan dengan penuh peran serta semua pihak, baik yang berupa kerja sama maupun koordinasi;
- pelaksanaan tersebut harus dikendalikan, temuannya dianalisis, kemudian ditindaklanjuti berupa perbaikan atau penyempurnaan secara terus menerus.
motivasi-keterampilan-kepribadian tidak cukup kalau tidak bisa berperan atau berbuat. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produktifitas budaya kerja merupakan sikap mental yang sulalu mencari pebaikan atau penyempurnaan apa yang telah dicapai, dengan menerapkan teori-teori atau metode-metode baru serta yakin akan kemajuan umat manusia. dalam hal ini dapat dilihat kaitan antara kepribadian dan hasil kerja, di mana kepribadian itu terkandung unsur bakat, keterampilan, minat, sifat, gairah dan nilai-nilai. kepribadian tersebut menjadi sikap, kemudian menjadi perilaku yang mengandung unsur semangat, disiplin, rajin, jujur, tanggung jawab, hemat, integritas, ehingga hasil kerja akan mencapai kualitas yang tinggi atau memuaskan.
perilaku manajemen yang menghasilkan produk bermutu tinggi tersebut dapat dinilai dari unsur antara lain kepemimpinan, perencanaan, pengorganisasian, penentuan prioritas, pendelegasian, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, komunikasi baik lisan maupun tertulis, keterampilan administrasi, hubungan antar pribadi, pemeliharaan keselamatan, kerumahtanggaan, ketepatan waktu, dan kehadiran. hasil optimal dengan cara kerja baru tersebut akan dapat dicapai bilamana diikuti dengan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan misi manajemen yang telah disepakati. antara lain dengan keteladanan, memberikan dorongan, dan memberikan tanggung jawab, serta mengajak atau menghimbau dan bukan memerintah.
seperti halnya dengan paradigma kepemimpinan yang dikemukakan oleh edward murrow: “bilamana anda ingin menghimbau, hendaklah anda bisa dipercaya”, “bilamana anda ingin dipercaya, hendaknya anda terampil/professional”, “bilamana ingin dianggap terampil/professional, hendaknya anda mampu bekerja dengan benar”.