melanjutkan pelajaran sebelumnya, tentang kepemimpinan, untuk postingan ini diuraikan tentang berbagai bentuk kepemimpinan, yaitu antara lain : kepemimpinan demokratis, yang dikaitakan dengan kekuatan personel dan terdapatnya partisipasi bawahan dalam permasalahan organisasi; kepemimpinan otokratis, didasarkan kepada kekuatan posisi dan penggunaan otoritas. perbedaan mendasar antara kedua gaya kepemimpinan terletak pada, kepemimpinan demokratis terdapat kerja-sama dalam bekerja, kepemimpinannya dihormati dan disegani, kedisiplinan tertanam dengan kesukarelaan, tanggung-jawab ada ditangan seluruh anggota, dan komunikasi bersifat dua arah serta semangat kooperatif yang tinggi (kartono (1998).
terbentuknya kepemimpinan yang ideal dan demokratis tersebut tentunya tidak terlepas dari kompetensi tertentu, menurut gibson (1995) bahwa: kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin setidak tidaknya memenuhi 3 (tiga) unsur berikut: inteligensi, kemampuan pengawasan, kepribadian dan karakter fisik.
sedangkan menurut pendapat (utomo&abidin (1998) lain persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin adalah: vitalitas fisik dan stamina, intelijensi dan kearifan, rasa tanggung-jawab yang besar, semangat tinggi dalam meraih kesuksesan, aspiratif, kemampuan beradaptasi dan fleksibilitas, berkompetensi dalam bidangnya. terpenuhinya kompetensi tersebut dalam diri seorang pemimpin sedikit banyak akan memberikan arti positif bagi iklim kerja yang kondusif dalam pencapaian tujuan organisasi.
tipe kepemimpinan demokratis merupakan tipe kepemimpinan yang ideal dan terbaik. menurut sayless dan strauss lihat (kartono,1982;121) dijelaskan dalam kepemimpinan pada suatu organisasi secara umum terbagi 2 (dua) bentuk komunikasi:
pertama, komunikasi satu arah (one-way communication).keuntungannya adalah terjadinya komunikasi secara cepat dan efisien, berlangsung top-down; dapat melindungi kesalahan pemimpin, sedangkan kelemahan dari model ini dimana kepemimpinan bersifat otoriter, dapat menimbulkan ketidak jelasan serta kesalah pahaman pada bawahan.
kedua, komunikasi dua arah (two-way communication). keuntungannya seperti perintah atasan dapat dengan mudah dipahami secara akurat, iklim kerja menjadi demokratis. tingkat kesalah-pahaman bawahan terhadap perintah atasan dapat di minimalisir.
nah, dari dua model komunikasi itu tadi saya menarik kesimpulan bahwa model komunikasi dua arah sangat relevan untuk membangun suasana kerja yang kondusif dan berdampak positif bagi peningkatan produktifitas organisasi. berdasarkan penjelasan diatas maka yang dimaksud dengan kepemimpinan yang demokratis adalah: kepemimpinan yang memungkinkan dan memberikan ruang bagi bawahan untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan organisasi dan kepemimpinan yang mau mendengarkan masukan dan kritikan dari bawahan sehingga terjadi komunikasi yang sifatnya 2 (dua) arah atau (two-way communication). sedangkan ciri-ciri dari kepemimpinan otokratis adalah kebalikan dari kepemimpinan yang demokratis.