Landasan Teori : Definisi Konsep Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Latin movere  yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi muncul disebabkan adanya motif atau alasan seseorang   melakukan sesuatu yang ada dalam dirinya sebagai akibat interaksi manusia dan situasi atau kebutuhan (needs). Dengan demikian dapat dikatakan motivasi itu adalah sebagai daya pendorong untuk berbuat dan bertingkah laku untuk tujuan tertentu. Gibson et al. terjemahan Lindon (1996 :185) mengatakan “ motivasi merupakan suatu konsep untuk menggambarkan dorongan-dorongan yang timbul pada  individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku”.

Selanjutnya  Robbins  terjemahan  Jusup  (2001 : 166) mendefinisikan “ motivasi sebagai   kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikoordinasikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual”.

Konsep lain tentang motivasi sebagaimana dikemukakan Mitchell dalam Winardi (2001 : 6 ) “ ….. motivasi mewakili  proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadinya presistensi (ringkasan) kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke arah tujuan tertentu “.

Sebagai suatu proses psikologis memberikan gambaran, bahwa motivasi itu merupakan suatu hal yang unik, di mana motivasi antara individu dengan individu lainnya adalah berbeda. Sesuatu yang menyebabkan seseorang termotivasi, belum tentu memotivasi yang lainnya. Demikian pula sesuatu yang memotivasi pada suatu saat tertentu, mungkin tidak berfungsi pada saat yang lain.

Berfungsinya motivasi  bergantung pada kondisi psikologis individu bersangkutan. Dengan demikian motivasi seseorang disebabkan dan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor yang bersumber dari dalam dirinya yaitu adanya suatu tuntutan kebutuhan (needs) yang dirasakan oleh dirinya sendiri, dan faktor yang bersumber dari luar dirinya seperti lingkungan keluarga, masyarakat atau organisasinya. Winardi (2001 : 6) mengemukakan : motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri, atau dikembangkan oleh sejumlah  kekuatan luar  yang   pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter, dan imbalan non-moneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif. Hal mana bergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan.

Dari definisi-definisi tersebut dapatlah dikemukakan bahwa motivasi adalah suatu proses psikologis dari interaksi  individu  dengan lingkungannya yang mendorong seseorang berbuat dan bertingkah laku untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hal mana bergantung  pada situasi dan kondisi yang dihadapi seseorang. 

Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi  sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Menurut Mangkunegara (2003 : 67) , kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai  dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

“Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation)”  Davis, (1994 : 484). Secara psikologis, kemampuan (ability)  pegawai  terdiri  dari  kemampuan  potensi (IQ)  dan  kemampuan reality  (knowledge e dan  skill)  artinya ,  pegawai yang  memiliki  IQ di atas rata-rata (IQ 110 – 120 ) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan  yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the right man on the right job).

Motivasi  terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan  kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap secara  psikofisik, siap mental, mampu secara fisik memahami tujuan dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan dan situasi kerja ( Mangkunegara , 2003 : 68).