Landasan Teori : Konsep Membangun


Membangun menurut Marwah Daud Ibrahim (2003 : 24-26) adalah perubahan dan transpormasi sikap dan pola pikir yang diharapkan antara lain : perubahan dari kebiasaan  berpikir negative menjadi positif , kebiasaan berpikir  jangka pendek ke berpikir jangka panjang, bekerja sendiri menjadi bekerja team, mencari-cari masalah menjadi menemukan solusi,  bergantung menjadi mandiri, sentralitis menjadi otonom, elitis menjadi egaliter, prestise menjadi prestasi, asal-asalan menjadi yang terbaik, tiba masa tiba akal menjadi terencana, nepotisme ke meritokrasi, hierarkis ke hiterarkis, sloganistis protokoler menjadi pengamalan substansial.

Membangun sumber daya manusia ditujukan untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk bertindak. Manusia adalah tujuan sentral dari pembangunan. Untuk itu membangun manusia secara mikro berusaha untuk meningkatkan kapasitas pegawai  untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan dan mengurangi kebergantungannya kepada organisasi . Partisipasi diharapkan dapat meningkatkan kekuatan kolektif.

Membangun  mempunyai pengertian yang luas yaitu suatu proses yang berkesinambungan dengan dua implikasi utama yaitu;  Change (Perubahan): suatu perubahan masyarakat dari suatu kondisi ke kondisi lainnya, Growth (Pertumbuhan): yaitu adanya perubahan kehidupan manusia ke arah yang lebih baik (Duddley Seers, 1979) dalam  (Made Suwandi, 2004: 4).

Membangun bukanlah suatu konsep yang statis, tapi berubah secara terus menerus. Membangun adalah suatu proses penguatan diri (self sustaining process) berdasarkan kemampuan dari pegawai  itu sendiri dan keinginan untuk menciptakan partisipasi. Partisipasi itu sendiri erat kaitannya dengan kedewasaan suatu bangsa  (Made Suwandi, 2004 : 4).

Prof.Mulyarto dalam (Made Suwandi, 2004 : 4) menyatakan bahwa membangun sumber daya manusia  memerlukan penguatan (reinforcement) manusia sebagai lawan dari kebergantungan yang berpendekatan Top-Down.