Kamis, 04 Oktober 2012

uraian tentang etos kerja, catatan pelengkap


kata etos berasal dan bahasa yunani yaitu "ethos" yang mempunyai pengertian sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai kerja (tasmaran, 1995:5). dari kata ini lahirlah istilah "ethis"  yaitu : pedoman moral dan perilaku atau yang lebh dikenal dengan istilah etika yang artinya cara bersopan santun sehingga dengan kata etika muncul istilah etika bisnis, etika kerja (etos kerja) dan lain-lain yang dijadikan sebagai pedoman berperilaku dan bertindak dalam melaksanakan suatu aktivitas atau kegiatan dalam kehidupan.

garna (1996:2) mengemukakan etos sebagai berikut : ethos juga disebut filsafat moral (moral philosophy) yang berasal dari kata kerja latin, mos, mores, cara hidup atau adat kebiasaan. dalam pergaulan atau aktifitas kehidupan manusia, selalu menganggap perlu melakukan dan memperoleh ketertiban dalam pergaulan untuk saling menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan serta hak asasinya, maka etika akan menjadi acuan pokok dalam pergaulan sosial tersebut.

pendapat ini sejalan dengan pendapat ravianto (1998:81), bahwa "etos kerja berhubungan erat dengan sikap moral, walaupun kedua-duanya tidak seluruhnya identik". kata kerja memiliki makna yang dalam dan bervariasai menurut tingkat kepentingan tiap-tiap orang, menurut garna, (1999:3) bahwa : dalam masyarakat modern (work) merupakan salah satu kekuatan pembatas dalam kehidupan manusia, karena kerja itu menajamkan identitas orang dan menempatkan dalam suatu sistem stratifikasi oleh pengaruhnya kepada kedudukan atau posisi sosial atau ekonomi serta mempengaruhi kehidupan fiskal dan emosional. pekerjaan seseorang menentukan berbagai posisi mengandung curahan waktu dan mempengaruhi kualitas kehidupan.

istilah kerja itu secara populer digunakan untuk menunjukkan sejumlah ikhtiar terhadap berbagai tujuan, dalam arti ekonomi, kerja itu menunjukkan kepada sejumlah aktifitas yang berorientasi untuk menghasilkan barang dan pelayanan bagi kebutuhan seseorang atau dibayar. menurut pandangan simamora (1995:36) bahwa : "… pada hakekatnya kerja adalah disamping untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga harus mempunyai nilai terhadap lingkungan kerja atau perusahaan dan masyarakat luas."

definisi etos kerja sendiri jarang ditemukan, tetapi rujukan-rujukan kearah itu cukup banyak dan beragam, seperti kumorotomo (1992:330), mendefinisikan etos kerja bagai pegawai sebagai berikut : bagi seorang pegawai negeri atau pejabat pemerintah, etos kerja yang baik bukan saja akan menghasilkan sikap-sikap produktif seperti kerja keras, jujur, berperhitungan dan hemat, tetapi juga menciptakan mekanisme kendali diri (inner check) guna menghadapi berbagai persoalan dalam tugas kedinasan maupun mengatasi godaan dan iming-iming dari luar.

garna (1996:244) mendefinisikan etos kerja sebagai sebagai berikut : sejumlah nilai-nilai budaya yang diungkapkan oleh sikap atau tindakan seseorang atau kelompok orang, yang didalamnya terkandung nilai-nilai moral dan pandangan tentang kerja. etos kerja itu adalah sesuatu yang berada dibelakang derajat dari kualitas kerja seperti kerja keras, kerja tepat waktu, jujur dan ulet dalam bekerja, berorientasi kepada prestasi, kreatif dan berorientasi pada perubahan.

jadi secara sederhana etos kerja pegawai dapat dilihat dari kualitas kerja seperti : kerja keras, kerja tepat waktu, jujur, ulet, kreatif, berorientasi pada prestasi serta pada masa depan. etos kerja menjadi kekuatan spritual bagi segala macam pekerjaan dalam birokrasi pemerintahan, kekuatan penggerak itu bersifat otonom dan menjadi semacam "idiologi birokrasi", segenap aparat akan bekerja sungguh-sungguh tanpa dorongan dari luar. pandangan kumorotomo tersebut sejalan dengan pendapat anoraga (1997:29), bahwa etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap bangsa atau ummat terhadap kerja. lebih lanjut dijelaskan bahwa : kalau pandangan dan sikap itu, melihat kerja sebagai suatu hal luhur untuk eksistensi manusia, maka etos kerja akan tinggi. sebaliknya kalau melihat kerja sebagai suatu hal yang tidak berarti untuk kehidupan manusia, apalagi kalau sama sekali tidak ada pandangan atau sikap terhadap kerja, maka etos kerja itu sendirinya rendah. oleh sebab itu untuk menimbulkan pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai sesuatu yang luhur, diperlukan dorongan atau motivasi.

etos kerja juga erat kaitannya dengan budaya kerja, sebagaimana dikemukakan dalam lan-ri (1992:9) bahwa "program budaya kerja diciptakan sebagai salah satu upaya menuju kesana, kearah terciptanya etika kerja." etos kerja yang erat kaitannya dengan budaya kerja merupakan nuansa mental yang melahirkan sikap kerja yang baik, yang menurut paramita (dalam ndraha, 1999:189) merupakan "sekelompok pikiran dasar atau program mental yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kerja sama manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat. lebih lanjut ndraha (1999:188) mengemukakan bahwa :  budaya dan nilai kerja sebagai nilai utama, disebut budaya kerja, pendapat ini menunjukkan bahwa nilai kerja memiliki potensi untuk dilakukan atau dibudayakan kehidupan sehari-hari, yang sekaligus memberikan kejelasan tentang kaitannya yang sangat erat antara etos kerja dan budaya kerja.

sebelum meneliti tentang etos kerja pegawai, tampaknya perlu dijelaskan dahulu hubungan antara etos kerja dengan aktifitas pemerintah, yang menurut kumorotomo (1992:326) bahwa : etos kerja menyangkut pada sistem nilai-nilai yaitu apa yang pantas, suatu masyarakat, yang kaitannya dengan birokrasi  pemerintahan, sebagaimana ditunjukkan bahwa pekerjaan administrasi itu tidak hanya menyangkut pekerjaan fisik, tetapi juga menyangkut proses berfikir dan pengambilan keputusan seseorang pada posisinya yang tertentu itu.