Landasan Teori : Konsep Motivasi


Untuk mempermudah pemahaman motivasi, dibawah  ini dikemukakan pengertian  motif, motivasi dan motivasi kerja. Abraham Sperling (1997:183) dalam Mangkunegara (2002: 93)  mengemukakan bahwa “motive is defined as a tendency to activity, started by a drive and ended by an adjustment. The adjustment is said to satisfy the motive”. Motive didefinisikan sebagai suatu kecendrungan untuk beraktivitas , dimulai dari dorongan dalam diri (drive)  dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Penyesuaian diri dikatakan  untuk memuaskan motif.

William J. Stanton (1981:101), dalam  Mangkunegara (2002: 93) mendifinisikan bahwa “A motive is a stimulated need which a goal oriented individual seeks to satisfy”. Suatu motif adalah kebutuhan yang distimulasi yang berorentasi kepada tujuan individu dalam mencapai rasa puas.

Motivasi didefinisikan oleh Fillmore H. Stanford (1969:173) Mangkunegara (2002: 93) bahwa “ Motivation  as an energizing condition of the organism that serves to direct that  organism toward the goal of a certain class”. Motivasi  sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motif merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi ,agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai  agar  mampu mencapai tujuan dari motifnya.

Motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri (drive arousal). Dalam hubungannya dengan lingkungan kerja, Ernest J. McCormick (1985:268) Mangkunegara (2002: 94) mengemukakan bahwa “work motivation is defined as conditions which influence the arousal, direction, and maintenance of  behaviors relevant in work settings”. Motivasi kerja didefinisikan  sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.

Beberapa teknik memotivasi kerja pegawai antara lain sebagai berikut :
a.  Teknik pemenuhan kebutuhan pegawai. Pemenuhan kebutuhan pegawai merupakan fundamen yang mendasari perilaku kerja. Tidak mungkin dapat memotivasi kerja pegawai tanpa memperhatikan apa yang dibutuhkannya. Abraham  Maslow  mengemukakan  hirarki  kebutuhan  pegawai sebagai berikut :
1). Kebutuhan fisiologis , yaitu kebutuhan makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, dan sexual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling mendasar. Dalam hubungan dengan kebutuhan ini pemimpin perlu memberikan gaji yang layak kepada pegawai.
2). Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan perlindungan dari ancaman, bahaya, dan lingkungan  kerja. Dalam hubungan dengan kebutuhan ini, pemimpin perlu memberikan tunjangan kesehatan, asuransi kecelakaan, perumahan dan dana  pensiun.
3). Kebutuhan social atau rasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima dalam kelompok unit kerja, berafiliasi, berinteraksi, serta rasa dicintai dan mencintai. Dalam hubungan dengan kebutuhan ini, pemimpin perlu menerima eksistensi atau keberadaan pegawai sebagai anggota kelompok kerja, melakukan interaksi  kerja yang baik, dan hubungan kerja yang harmonis.
4). Kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati, dihargai oleh orang lain. Dalam hubungan dengan kebutuhan ini, pemimpin tidak boleh sewenang-wenang memperlakukan pegawai karena mereka perlu dihormati, diberi  penghargaan terhadap prestasi kerjanya.
5). Kebutuhan aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk mengembangkan diri dan potensi, mengemukakan ide-ide, memberikan penilaian, kritik dan berprestasi. Dalam hubungannya dengan kebutuhan ini, pemimpin perlu memberikan kesempatan kepada pegawai bawahan agar mereka dapat mengaktualisaikan diri secara baik dan wajar.
b.      Teknik  Komunikasi Persuasif merupakan salah satu teknik memotivasi kerja pegawai yang dilakukan  dengan cara mempengaruhi pegawai secara ekstralogis. Teknik ini dirumuskan : “AIDDAS”  singkatan dari , A =  Attention (perhatian), I = Interest (minat), D = Desire (hasrat), D = Decision (keputusan), A = Action (Tindakan), S = Satisfaction (Kepuasan)

Prof. D. David C. McClelland, seorang ahli psikologi bangsa Amerika dari Universitas Harvard dalam teori motivasinya mengemukakan bahwa produktifitas seseorang sangat ditentukan oleh “virus mental” yang ada pada dirinya. Virus mental adalah kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk mampu mencapai prestasinya secara maksimal. Virus mental dimaksud terdiri dari 3 dorongan yaitu Need of achievement (kebutuhan untuk berprestasi), need of affiliation (kebutuhan untuk memperluas pergaulan), dan need of power (kebutuhan untuk menguasai sesuatu).

Berdasarkan teori McClelland tersebut sangat penting membina virus mental individu dengan cara mengembangkan potensi mereka melalui lingkungan kerja secara efektif agar terwujud produktifitas  organisasi yang berkualitas tinggi dan tercapai tujuan utama organisasi. Pada kesempatan ini membahas virus mental yang berhubungan dengan motif berprestasi.

Motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas  dengan sebaik-baiknya agar  mencapai prestasi dengan predikat terpuji. Hal ini sesuai dengan pendapat Jhonson (1984:101) dalam Mangkunegara (2002:103), yang mengemukakan bahwa “Achivement motive is impetus to do well relative to some standard of excellence”.

David C. McClelland (1961:112) dalam Mangkunegara (2002:103) mengemukakan 6 karaktersitik orang yang mempunyai motif berprestasi tinggi, yaitu sebagai berikut : (1). Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi, (2). Berani mengambil dan memikul resiko, (3). Memiliki tujuan yang realistis (4). Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan. (5). Memanfaatkan umpan balik yang kongret dalam semua kegiatan yang dilakukan. (6). Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

Edward Murray (1957) dalam Mangkunegara (2002:103), berpendapat bahwa karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai berikut : (1). Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya, (2). Melakukan sesuatu untuk mencapai kesuksesan, (3). Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan ketrampilan , (4). Berkeinginan menjadi orang terkenal atau menguasai bidang tertentu, (5). Melakukan pekerjaan yang sukar dengan hasil yang memuaskan, (6). Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti (7). Melakukan sesuatu yang lebih baik daripada orang lain, (8). Menulis novel atau cerita yang bermutu.

Dari kedua pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa karakterisitk individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi antara lain : (1). Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi, (2). Memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta berjuang unutk mereaslisasikannya. (3). Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil resiko yang dihadapinya. (4). Melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil memuaskan, (5). Mempunyai keinginan menjadi orang terkemuka yang menguasai bidang tertentu.

Adapun karakteristik individu yang motif prestasinya rendah dapat dikemukakan , antara lain : (1). Kurang memiliki tanggung jawab pribadi dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau kegiatan, (2). Memiliki program kerja tetapi tidak didasarkan pada rencana dan tujuan yang realistik, serta lemah melaksanakannya, (3). Bersikap apatis dan tidak percaya diri, (4). Ragu-ragu dalam mengambil keputusan, (5). Tindakannya kurang terarah pada tujuan.